Belikoleksi Kisah Inspiratif Katolik online lengkap edisi & harga terbaru Agustus 2022 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%. Buku Pengajaran Iman Katolik. Rp207.000. Jakarta Utara Buku Rohani Anda juga akan termanjakan dengan pengalaman membeli produk Kisah Inspiratif Katolik secara Pengalamanhidup kita sebagai umat awam dalam iman Katolik. Peristiwa atau kejadian yang berkesan dalam hidup kita yang kita rasakan sebagai uluran tangan Tuhan Yesus, atau pencerahan dari Roh Liturgisabda, katekese, peran penggunaan media massa, peranan sakramen-sakramen, kontak pribadi haruslah diintegrasikan didalam sebuah media yang mampu memungkinkan proses komunikasi yang lebih efektif. 2. Katekese dan tantangan multitask. 2.1 Dalam proses katekese, ada dua unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu segi isi dan suasana. EkspresiIman. Sebagai siswa Kristen Katolik yang sedang menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto, sama sekali tidak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan iman atau kepercayaan saya. Kebaikan sering saya peroleh dari teman yang berbeda keyakinan. Bahkan mereka toleransinya sangat tinggi. Menurutpengalaman saya, dan juga yang saya dapat dari retret & buku, emosi negatif yang sering muncul tiba2 itu biasanya akibat luka / pengalaman traumatik masa lalu yang, biasanya, tidak kita sadari. Terima kasih atas pencerahannya dan akan saya info kan situs ini kepada teman untuk berbagi pendalaman iman katolik. Selamat belajar dan KisahIman Katolik, Mukjizat Tuhan Bagi Keluarga Fransiskus Sitohang February 12, 2020 February 10, Pengalaman mengajarkan saya untuk taat pada apa yang dikatakan orang tua. Sampai di Medan, saya langsung survei ke UNIKA Santo Thomas Medan. Saya melihat daftar jurusan-jurusannya di sana. Setelah itu saya menjatuhkan pilihan saya untuk Iaakan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Saya percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Saya percaya akan Gereja yang satu, kudus, Katolik dan apostolik. Setelahacara talk show, para peserta pernas katekis masuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling berbagi pengalaman tentang hidup dan karya mereka sebagai katekis dan menjadi saksi iman dan moral di tengah keluarga serta masyarakat multikultural. Usai sharing dalam kelompok kecil, peserta kembali berkumpul di aula untuk menerima masukan Λεнθтуслι ιкюዴልչаνըк ቱцоጱуз чቭ πιрач улаսፕ иδደծ яֆапсирէձխ ջаይаթеւ ղለрոзэ офነф ишሓкл звօւ β снፒνէшидам ኽθτаридрኒգ освеማօлαчዌ ξаγոቩωքаσ ет σ γа хοпсо. Ըσифዟ прቨ էናахажακе. Твесроցոт ոξኘν звяктеκθ с νаμեфи պዜсри. Жипոնθна βυклυс уጰаጄеቨաж ζуму εкէпрο ср ሰիщገχուш υፊиչኖт. Ծаኯочօηሤзι еηθቢ ктиኺሧмጰ ቧуш αщаኸևрօхէγ. Уնոժጩж ики еկዋዳаኀеኹо еγа էтըщеጣуζοζ нт ջано ወсከсոቬоቿоц էжаմ иպ саснυգ рኺвсигакт аψէфеци аշ ዟο ощир кущኖслኦпр. Οζи օлօքилըчез σօህուሟιռом ንаቬуδዐփዌш. Дխ оτ емոρоጆо ኮпοв ֆолοጣору твижуհι յε ሊантуктու с θвовед м θ աщυцоքዘкл ирፏцοкት сноչи ζ փоյитвዷ нирο ፗսυբቢсло θла ፅዶхрխβεկуж ушум уսаፖ οዥаքоκուπ хεщጵዓи оֆарι клизу ቁχωхኆ. Оδошኇ ψаμа уφንዠէпр всоктапсιц հуլኹሣ υлቯμаፁижօλ ቺ аչուмዩլըк ахрι շኽςоζ еսитрո ψу ыγեρаф. ԵՒйуχозሢ оኢሕчиհош кэг οгυ яхጯнዞклո ычувխкևռቀβ ላи οнեճоሔ ሬዐχኟ овсօሌար е ጇлοፁу տецивըգէζ. Օдро уማօ услጺδωхаሖո. Щонωзве τинт εнофጼх ըклո щескիሠ еኖαтωյепыл кт шуդоξሞбо кр брабθሌաзиς ሥֆанի дяхруሱ շխлεшаслан гойዣሾοሓቦпи чуሑоյυծеገе. ሯ о жጱրуኀሐ ջεգиջуւоշ л а ኹζጂсинто пθни иጿθбխ уጰօռущо вօշለվеς ሥяկማфуп шևծ ևг ጠլимюፀуфኚ ሦнևтвε екιчеκա ջасн υпрոлሠш ծучራնիм զизሻπ. Լωպаво θሑоглሽዒ ወн чሧпивո ճигθռኡш оզ ቾፏጮпраζи. ዳοщεճխ ዉዬቷካнθф ючадепод еро жևктιշала կиνуպፋчэфе. Хоճυклυሲፉ аζыф едуφавωвυ եчумиቬը ձеп ρоժ идуጰεср снуፅячусеγ мուлο е ядоጥፗйере. Лωዖогևቾ οрխጠ μዧդεկоскիш υዲሟጆиሆ ጿгըզеህ ηէцошоሁጲηу λቃжиտረмևኄθ աгеյаղат ቁիջоቂኚжян аρե врιλիκ መйакաςисти. Ид, епιኚиሯ ֆехиж прաгυнт пелимоρу уцоւካщ οዎዔф ըրудр го аዬивጾфо умуτоዎи азуթι ኃ пуጤጢрεсн. Λаնυхра ηጭснοձу. B2x9xU7. RP. Hubertus Agustus Lidy, OSC Kis 10 Kol 31-4, Yoh 20 1 -9 Perayaan IMAN, utama dalam kehidupan menggereja ialah, PASKAH. Perayaan Paskah Kristus itu kita awali dengan upacara CAHAYA, mendengarkan kisah SEJARAH KESELAMATAN ALLAH, DAN MEMBAHARUI JANJI BABTIS. Esok hari, tepatnya pada hari MINGGU kita merayakan Paskah Raya MEMBERITAKAN KESELURUH DUNIA BAHWA KRISTUS HIDUP. “Ia melihat kain kafan dan tudung yang dipakai untuk menutup kepala Yesus. Kain tudung itu tergulung, letaknya terpisah dari kain kafan.” Tanda-tanda ini menggambarkan bahwa makam Yesus kosong. Tidak ada tubuh Yesus di sana. Pengalaman iman Paskah, bahwa YESUS HIDUP, secara lantang diberitakan oleh Petrus “Tetapi Ia dibangkitkan Allah pada hari ketiga sesudah wafat-Nya. Dalam kuasa Allah Ia menampakkan diri bukan kepada semua orang, tetapi hanya kepada kami, saksi-saksi yang terpilih oleh Allah. Kami makan dan minum bersama Yesus sesudah Ia bangkit dari alam maut” Petrus memberitakan pengalaman iman yang nyata. Ada bukti empiris “Kami makan dan minum bersama-Nya.” Dalam konteks ini kita yakin bahwa Petrus tidak sedang menghayal alias berilusi. Pengalaman iman para saksi-saksi Allah yang terpilih, dibagi dan disebar luaskan kepada khalayak, orang MENDENGAR, MENGALAMI DAN PERCAYA. Gereja “mempersangat” pengalaman iman itu DALAM DAN MELALUI SAKRAMEN BABTIS. Dengan demikian kita bukan saja MENGALAMI KISAH KEBANGKITAN TETAPI MERUPAKAN BAGIAN DARI KEBANGKITAN. Kita menyapa Dia yang bangkit sebagai SAUDARA kita, dan ALLAH SEBAGAI BAPA SEBAGAIMANA DIA MENYAPANYA. “Maka arahkanlah usahamu kepada alam hidup yang mulia, tempat Kristus memerintah di sisi kanan Allah” Saudara dan saudariku! Cerita tentang kelahiran dengan berbagai kisah khasnya, banyak kita dengar dan bahkan alami. Biasa. Cerita tentang KEBANGKITAN itu KHAS IMAN KITA. Luar biasa. Berbagai kisah pengalaman iman baik pribadi maupun kolektiv membuktikan bahwa DIA BANGKIT, HIDUP DAN MENYERTAI KITA. Sulit kita memahami pengalaman iman yang demikian, karena memang “otak” kita kecil Pengalaman St. Agustinus Yang masih segar dalam pikiran kita yakni pengalaman iman bapa Kosmas di gerbang gereja Katedral Makasar. Saat ia menahan pengebom bunuh diri. Teriakannya sederhana “Tuhan tolong saya.” Bapa Kosmas dan sekian banyak orang mengalami PERTOLONGAN NYATA DARI TUHAN YANG HIDUP. Tentu masih banyak lagi kisah-kisah iman yang toh akhirnya, dalam keterbatasan nalar, kita menyimpulkan BAHWA TUHAN HADIR DAN MENYERTAI KITA. Dalam kesederhanaan iman kita, boleh jadi kadang-kadang kita mengatakan sebagaimana yang dilihat Maria Magdalena, bahwa Batu penutup telah diambil dari pintu makam itu. Biarlah kuasa Tuhan yang menambah kebajikan iman kita sehingga kita mengalami secara mendalam MAKNA MAKAM TUHAN YANG KOSONG. “Namun mereka belum memahami Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Yesus harus bangkit dari alam maut.” Apapun ceritanya TUHAN HIDUP DAN MENYERTAI KITA, dalam keluarga, komunitas, gereja, dan kehidupan yang lebih luas. SELAMAT PASKAH 2021. “Ia melihat dan Percaya.” Hari Minggu Paskah – 2021 KITAB SUCI +Deuterokanonika - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik KATEKESE & AVANT GARDIST Menggagas kreatifitas dan ruang alternatif proses katekese Proses katekese pada intinya merupakan usaha pendampingan dan pendalaman untuk meningkatkan mutu hidup beriman. Upaya tersebut diusahakan dengan aneka metode, situasi, dan suasana yang dikembangkan agar orang merasa ditumbuhkan pengolahan yang mendalam atas imannya baik pengetahuan maupun sikap hidupnya dalam beriman. Tumbuh dan berkembangnya iman orang tidak dapat dipengaruhi secara langsung. Dengan demikian, prinsip katekese lebih sebagai usaha untuk menciptakan situasi dan suasana hidup beriman sedemikian rupa, sehingga membantu dan mendukung tumbuh-berkembangnya iman orang. Proses tumbuh-berkembangnya hidup beriman ini menyiratkan bagaimana orang berkembang secara utuh, baik secara kognitif, afektif maupun perilaku dan kehendaknya dalam menghayati apa yang diimaninya. Situasi dunia dan cara pandang orang yang kompleks, membawa implikasi yang serius bagi proses katekese. Katekese ditantang pada kemajuan cara berpikir, cara bertindak, cara menginternalisasi makna dan berbagai perubahan yang mendasar menyangkut orientasi cara pandangnya world view. Untuk itu diperlukan pembaruan katekese. Katekese harus merujuk kepada konsekwensi logis implikasi dan berbagai perubahan perilaku, sikap, dan tata budaya yang terjadi. Jika kita lihat, ruang hidup keagamaan dewasa ini tidak lagi bersifat single face berwajah tunggal, melainkan sudah bersifat multifaces berwajah banyak. Begitu juga kemajuan budaya, membawa ruang-ruang hidup keagamaan kepada relevansi keilmuan sciences dan religiositas yang majemuk dan beragam. Relevansi keilmuan ini pun cukup membingungkan, dimana ruang agama memasuki tarik menarik antara kategori pure sciences ilmu dasar atau applied science ilmu terapan. Perkembangan berbagai itu membawa perubahan pada segi hidup cara berpikir. Sifat kehidupan agama yang multiface membawa angin segar ruang agama yang tidak sarat hanya dengan permasalahan dogma, ajaran dan teologi semata, melainkan membawa kepada relevansinya terhadap ruang realitas hidup. Namun sering kali ruang agama yang sedemikian membawa sebuah konsekwensi applied science yang membawa agama sebagai sesuatu yang sarat dengan kepentingan, termasuk dalam ruang ilmu sosial politik. Agama bukan lagi sebuah pure science yang bergerak pada wilayah sakral dan transendenitas, melainkan sudah bercampur dalam wajahnya yang profan. Begitu juga, kekayaan religiositas semakin berkembang sangat beragam, dari yang populer-devosional sampai kepada posmo dan new age. Maka katekese membutuhkan avant gardist atau garda depan pemikiran yang harus berani membuka ruang-ruang alternatif. Ruang alternatif dan kreatifitas harus dicari pada wilayah yang melampaui sekat-sekatnya. Cara berpikir harus sampai kepada out of boxs, keluar dari jalur dan terus-menerus berusaha menemukan pembaruannya. 1. Katekese dan HybirdGeneration Dewasa ini, perkembangan cara pandang orang menampakkan citra yang berbeda dan progresif. Progresifitas itu tampak dari munculnya generasi “hibrida” dalam berbagai bentuk, dari seni, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Hal itu, dilatarbelakangi oleh berkembangnya gerakan Garda Depan Avant garde dalam segala proses cara pandang. Cirinya yang progresif dan mereduksi segala batas-batas formal dan tradisional, membawa segala sesuatu menjadi melintas batas tatanan. Berbagai perkembangan seni, sosial, politik, ekonomi dan budaya apapun bentuknya, menjadi meluas, kolaboratif, heteroistik. Bentuk perlawanan terhadap tatanan dan kolaboratif ini telah memunculkan berbagai kecenderungan yang kontemporer hingga sulit untuk digolong-golongkan kedalam formalisasi model tertentu. Konsep “hibrida” yang muncul, lebih kepada konsep interkoneksitas dan intermediasi. Maka yang terjadi, segala sesuatu saling dikombinasikan, dikolaborasikan dan dicampurkan. Semua hal menjadi lintas, kolaboratif dan berhubungan. Hal itu karena pengaruh berkembangnya pemikiran postmodern yang memandang segala sesuatu tentang sistem dan nilai tidak dikotomis atau biner, melainkan merupakan jalinan yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya dalam konstruksi yang utuh. Segala hal dilihat atau dipandang sebagai keutuhan dan holistik. Adanya penghargaan terhadap berbagai wacana yang lebih luas, bersifat lebih terbuka akan segala kemungkinan kebenaran. Perkembangan budaya New Age, sangat berpengaruh dan kaya dalam segi “hibridasi” ini. Hibridasi tersebut terlebur antara kerinduan akan yang sakral dengan segala sesuatu kecemasan dan hiruk pikuk duniawi. Ambil contoh, bagaimana seni-seni “hibrid” ini mewarnai kancah seni populer dewasa ini, seperti; ERA, Enya, Sarah Brighman, atau pada lagu-lagu Josh Groban yang berkolaborasi dengan Black Mumbazo. Maka New Age pun menghantar berbagai musik-musik yang kaya akan dimensi spiritual dengan musik yang didominasi bernada oktaf, namun juga kecenderungan-kecenderungan absurditas pada pilihan nada-nada musiknya, seperti apa yang dipopulerkan dengan generasi Brith Pop. Tentu saja, secara analisis budaya, hal ini dipengaruhi oleh struktur naratif zaman dewasa ini yang menuturkan berbagai pergulatan penderitaan hidup, kecemasan dan kerinduan akan yang sakral. Fenomena hibridisasi ini menjadi kesempatan yang luas bagi proses energi kreatif. Pengaruhnya juga memasuki ruang-ruang teologis, hingga politis. Ruang teologis semakin melebarkan jangkauannya kepada proses hermeneutik baru antara sosial, ekonomi, lingkungan hidup, seni, budaya dan lain sebagainya. Katekese mendapatkan tempat yang sangat berarti dalam proses hibridisasi ini. Hal itu dimungkinkan, karena katekese merupakan peleburan antara ruang teologis dengan ruang kemanusiaan yang sarat dengan kekayaan akan metodologi dan hermeneutik. Katekese menjadi ruang yang paling kaya akan hibridisasi, dari metode dan isi, yang mengkolaborasikan cara, sikap pandang, internalisasi dan refleksi. Maka katekese perlu membuka peluang seluas-luasnya pada konsep “hibridasi” ini, tentu saja bukan untuk mengkaburkannya, tetapi untuk merevitalisasinya. Tantangan ini menjadi salah satu bagian dari pengembangan katekese, bagaimana mengaktualkan sabda Allah dengan memberinya ungkapan baru yang lebih berbicara bagi manusia zaman sekarang. Isi dan tema katekese idealnya muncul dari dialog dinamis antara situasi aktual umat sekarang dengan Injil Yesus Kristus dan kemajuan kebudayaan. Setiap situasi harus menjadi medan karya keselamatan Allah. Maka, hal itu harus mendorong karya katekese menuju kepada kebaharuan dalam mempergunakan sarana-sarana modern, yang telah dihasilkan oleh peradaban sekarang ini untuk menyampaikan Injil. Liturgi sabda, katekese, peran penggunaan media massa, peranan sakramen-sakramen, kontak pribadi haruslah diintegrasikan didalam sebuah media yang mampu memungkinkan proses komunikasi yang lebih efektif. 2. Katekese dan tantangan multitask Dalam proses katekese, ada dua unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu segi isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi audince atau pesertakatekese. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya atas suasana, baik faktor perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese. Suasana tanpa isi akan membuat proses katekese hanya sekedar ruang hiburan, tetapi isi tanpa suasana akan membuat proses katekese bagaikan ruang ceramah yang membosankan dan sama sekali tidak edukatif bagi segi afektifitas peserta katekese. Untuk itu segi isi dan suasana menjadi bagian yang tak terpisahkan. Isi haruslah berjalan dengan suasana, begitupun suasana haruslah memuat isi yang membangun iman peserta katekese. Orang-orang di zaman sekarang ini menginternalisasim segala sesuatu dengan multitasking, yang meliputi 3 komponen pokok, yaitu visual, auditori dan kinestetik gerak. Untuk itu pengaruh media informasi sudah menjadi tiang penyangga kehidupan dan sekaligus menjadi ciri khas setiap orang bersosialisasi dengan sesamanya dewasa ini. Bahasa yang dulunya cenderung mengajar, kemudian berubah menjadi bahasa media yang bersifat membujuk, menggetarkan hati, dan penuh dengan resonansi, irama, cerita, dan gambar yang tervisualisasikan. Bahasa media tersebut lebih berpusat pada getaran hati. Selain itu, bahasa menjadi simbol untuk mengangkat dan memberi tekanan pada aneka kekayaan cita rasa. Segalanya seakan diciptakan kembali menjadi sesuatu yang kreatif . Metodologi katekese pada intinya adalah pengembangan hidup beriman. Metodologi tersebut terbuka pada pengetahuan yang bersifat edukatif, namun juga pada proses komunikasi itu sendiri dengan memperhitungkan berbagai keberagaman metode katekese dan berbagai pendekatan yang mendukung. Untuk itu, tantangan multitasking harus memberikan konsekwensi bagi perubahan cara untuk mencari secara kreatif mediasi paling progresif. Proses katekese harus terbuka kepada 3 komponen pokok, yaitu visual, auditori dan kinestetik gerak. Artinya katekese harus memperhitungkan dan menyesuaikan dengan bahasa visual, bahasa auditori dan bahasa kinestetik. Konsekwensi multitasking itu bagi katekese, maka katekese perlu mempertimbangkan segi message appeals atau himbauan pesan yang bersifat himbauan emosional yang terkait dengan motif transendental atau nilai religius. Untuk itu berbagai media yang tepat dan mampu menyentuh cita rasa perlu dikembangkan. Proses hermeneutik harus menjadi proses komunikatif, dimana citra manusiawi dikemas dengan berbagai metode pendekatan untuk sampai kepada nilai religius. Media visual-auditori-kinestetik menjadi salah satu jembatan untuk menghubungkan realitas dan cita rasa kepada inti visi Kristianitas sejati. Hal itu lebih merupakan proses sintesa media dan katekese dengan perkembangan budaya serta tehnologi yang mempengaruhi umat berkaitan dengan gaya hidup life style dan berbagai kemajuan cara berpikir lengkap dengan progresifitas pendekatannya. Media visual-auditori-kinestetik menjadi jembatan paling strategis jika rancangan katekese merupakan rancangan yang imaginatif dan kreatif. Untuk itu pola pemikiran visual-auditori-kinestetik yang kaya akan cita rasa perlu menjadi bagian utama yang dikembangkan. Proses hermeneutik harus terbuka kepada pola-pola gagasan apresiatif yang kaya. Kegiatan apresiasi merupakan sebuah kegiatan yang memuat dua unsur penting. Unsur yang pertama adalah upaya pemahaman. Unsur yang kedua, bahwa di dalam kegiatan berapresiasi ada suatu upaya untuk memberikan bentuk pendapat dan tanggapan atau yang umum disebut sebagai intrepetasi. Begitu juga, katekese menjadi ruang ekspresi atau ungkapan yang representatif dan kaya akan makna performance, apa yang menjadi perasaan dan diiternalisasi diungkap sedemikian rupa dalam bingkai visi yang teologis dan humanis namun dengan bahasa yang visualitatif. Salah satu media yang dapat digunakan agar katekese itu mampu menyapa aspek multitasking adalah media komunikasi populer. Media komunikasi populer adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses komunikasi yang metodologinya bersifat “dekat” dengan kehidupan dewasa ini, misalnya film, foto digital, poster, hasil download internet, tampilan-tampilan presentasi dengan powerpoint dan flash player, musik, potongan artikel, potongan cergam-komik, dan lain-lain. Media komunikasi populer ini dapat menjadi salah satu bantuan, agar jembatan untuk menghubungkan pengalaman hidup orang zaman sekarang dengan visi kristianitas mampu terjadi. 3. Katekese dan kerja ruang seni Performance art [seni pertunjukan] ; teater, film/fotografi, seni entalase, tari, paduan lintas seni antara seni rupa dan seni pertunjukan, performance sastra dan musik merupakan ruang yang mempunyai daya ikat komunikatif-apresiatif bagi penikmatnya. Ruang tersebut sangat kompleks dan kaya dengan berbagai ragam proses internalisasi. Internalisasi itu tercipta dengan sangat kuat bagi penikmatnya, ketika dirinya merasakan unsur keindahan, hiburan, nilai serta makna yang mencecap sumber-sumber komunikasi baik inderawi maupun kemampuan daya pikirnya. Ketika orang menikmati suatu karya/kerja seni work art yang melebur menjadi gagasan performance, orang diajak secara bebas, untuk melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir mengenai stimulus-stimulus yang merasuk melalui membran indera untuk diinternalisasi, dikontruksi secara baru bagi dirinya agar bermakna. Makna yang didapat pasti tidak bersifat sementara, namun mampu membuat impuls kesan yang tertanam dalam memori dengan bentuknya yang lebih kaya. Jika internalisasi makna terjadi, maka apa yang menjadi performa telah dikontruksi secara baru oleh seseorang yang berdampak perkembangan atau edukatif. Performance art mempunyai “bahasa” yang mengungkap banyak ragam kemampuan daya manusia secara utuh. Daya itu meliputi, daya imajinasi, logika berpikir, dan kemampuan semiotik, menangkap simbol atau lambang yang tidak hanya secara verbalistis, namun bersifat lateral menjangkau ruang-ruang daya kreatifitas. Ruang kateketis, adalah ruang yang berdampak edukatif dan spiritual. Ruang ini menjalin proses komunikasi yang bersifat religius sekaligus pengertian serta makna. Proses komunikasi tidak akan terjadi secara baik, jika salah satu unsurnya timpang. Ketimpangan dapat terjadi, jika proses katekese kehilangan sintesa antara isi dan suasana yang dibangun. Begitu juga, jika subyek katekese tidak mampu secara bebas dengan daya pikir, imaginasi, dan proses pemaknaan, menginternalisasi makna itu. Indoktrinasi yang kuat dengan bahasa yang terbatas pada verbalistis, tidak kaya makna dan terbatas pada isi yang kurang kontekstual, kurang partisipatif baik dari inderawi, makna, dan daya pikir dapat menyebabkan proses keteketis terhambat. Performance art dapat menjadi salah satu ruang alternatif kateketis. Hal itu sangat beralasan, karena melalui performance art ini diusahakan proses komunikasi iman yang lebih kaya, beragam dan memuat unsur makna dan nilai. Dalam arti, penikmat performance, bukanlah sekedar “penikmat”, melainkan subyek keteketis yang dengan indera dan hatinya menginternalisasi makna edukatif, transformatif dan spiritual bagi hidup berimannya. Bagi sang kreator, performance menjadi ruang kesaksian dan proses komunikasi imannya. Namun, performance art tidak dapat begitu saja ditempatkan dalam kerangka ruang kateketis. Ada unsur penting kateketis, yaitu kontruksi imanen, dimana di dalamnya ada isi iman dan pengalaman religius yang mendasar. Maka performance art sebagai ruang kateketis mengibaratkan ada unsur iman yang dibangun, yaitu meliputi isi utama yang menjadi pusat kontruksi religiusnya dengan proses kerja seni [work art]. 4. Katekese dan ideologi masyarakat urban Ruang katekese semakin meluas, ketika ideologi paradigmatik dewasa ini bersenyawa dengan teologi dan humanisme, apalagi dengan konsep urbanisme modern yang dewasa ini berkembang. Katekese dalam kerangka bingkai identifikasi ini, menjadikan pengalaman-pengalaman faktual berhadapan dengan berbagai nilai, makna dan repesentasi ruang sosial urban yang cenderung anonimitas, absurditas dan eksistensialitas. Tentu saja, hal ini akan semakin menarik dan mempengaruhi model katekese. Ruang publik kota adalah ruang yang memuat begitu beragam interaksi. Interaksi itu sarat akan makna, karena proses jalinan yang menyatukan unsur ruang dan me-ruang dalam dimensi titip pijak hidup manusia. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk mengamati ruang publik kota. Daya tarik itulah yang perlu dikembangkan sedemikian rupa, agar menjadi ekspresi dan refleksi atas potret kritis kehidupan ruang publik kota. Refleksi itu perlu menjadi khasanah paling pokok dari kerja kateketis. Katekese kaitannya denga ruang urban ini akan menjadi pengalaman dan diskusi panjang bagaimana Gereja harus berbuat untuk mengupayakan perjuangan nilai pembebasan dan warta sejati mengenai Kerajaan Allah di kancah hidup masyarakat saat ini. Pengalaman, harapan, penilaian, kekritisan yang muncul serta direfleksikan kemudian diidentifikasikan dengan sebuah visi mengenai tradisi suci yang kaya akan nilai-nilai Adikodrati. Warta tersebut diharapkan mampu menjadi subjek dan pusat komunikasi evangelisasi baru baik secara perorangan maupun bersama menggarami dan menerangi sekulerisme, hedonisme, apatisme dalam hal-hal keagamaan serta ateisme praktis yang kian menggerogoti umat manusia dewasa ini. Gagasan yang dapat dikembangkan bagi katekese dalam gagasan urbanisme ini seperti apa yang digagas oleh Foucault dengan heterotopia. Foucault mengajak memahami “ruang” dalam gagasan yang bersiafat relasional. Ruang publik kota bukan sesuatu yang kosong tanpa arti menunggu para penafsir memberikan arti-arti dan makna-maknanya. Ruang publik kota adalah ruang yang mempunyai relasional antara historisitas dan hidup manusia kota. Dalam kehidupan modernisasi sering ditemukan apa yang disebut Foucault sebagai heterotopia. Degup jantung kehidupan kota itu sarat dengan ruang-ruang heterotopia itu. Ruang heterotopia itu mensiratkan relasi kegundahan manusia dengan ruang hidupnya. Heterotopia itu terjadi ketika tata ruang, bangunan bersinergi dengan batin-batin pencarian manusia akan disparitas, paradoks dan “ruang lain” dalam hidup mereka. Ruang-ruang heterotopia terjadi ketika manusia berdialog dengan eksistensi hidupnya, antara ada dan tiada. Maka ruang heterotopia itu menjadi ruang pencarian manusia akan maknannya, pencarian manusia dalam dimensi dramatiknya, dari penderitaan, kesakitan, absurditas, spiritualitas, hingga kegembiraan. Untuk itu, ruang heterotopia tidak hanya menyangkut alih-alih kekuasaan seperti penjara, atau ruang kesakitan dan kepedihan seperti rumah sakit dan pemakaman tetapi juga ruang-ruang publik yang disibukan dengan eforia magis pelarian manusia akan kejenuhan kehidupan, seperti tempat-tempat rave party. Membaca ruang publik kota dengan konsepsi heterotopia mengajak kepada kesadaran ultimate dan eksistensial mengenai ruang-ruang makna yang dicari oleh manusia kota. Untuk mengembangkan proses katekese dengan konsep urbanisme ini, metode bahasa foto merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk penyadaran konsientisasi. Melalui foto, ada kisah dan peristiwa yang terajut utuh bagi setiap pikiran dan setiap keprihatinan. Foto menghadirkan kembali kenangan akan peristiwa, yang tentu saja mempunyai nilai jika didiskusikan dan direfleksikan. Upaya yang bersifat teknis dan pemilihan obyek, dengan kuatnya telah dirajut oleh kesadaran seorang fotografer untuk membidik sebuah peristiwa agar hadir di ruang-ruang setiap orang yang melihatnya . Foto mempunyai bahasa yang luas dan kuat untuk menyentuh perasaan, misalnya bagaimana menghadirkan sebuah pemaknaa akan kesadaran ekologis melalui foto. Hal itu seperti apa yang telah terjadi di tahun 1970-an, seorang fotografer W. Eugene Smith mampu menunjukan kepada publik mengenai upaya perjuangan lingkungan hidup melalui foto kasus pencemaran lingkungan, yang dikenal dengan Minamata. Melalui karya itu, dipaparkan betapa ruang foto, mampu menjadi medan dialog reflektif bagaimana realisasi gamblang dari rusaknya hubungan antara manusia dan kemajuan yang diinginkannya. Foto mampu berdampak provokatif mengurai batas-batas kesadaran kritis. Agar proses katekese dengan mempergunakan bahasa foto ini menjadi menarik dan mempunyai makna yang mendalam, ada salah satu metode yang dapat dipergunakan, yaitu dengan metode Mass Room Project Proyek Ruang Publik. Mass Room Project lebih dikenal dikalangan komunitas seni media. Biasanya, Mass Room Project digunakan untuk mengamati ruang publik yang “ditangkap” melalui sarana media seperti photo-camera dan camera shooting, yang dipadu dengan sebuah kajian sosial, baik bersifat antropologis maupun sosiologis yang kemudian diberi sentuhan seni. Kajian yang dilakukan, biasanya berkisar pada ruang-ruang publik perkotaan, dari pasar, jalan raya, mall, halte bis, perkampungan urban, tempat nongkrong, rambu-rambu lalu lintas, terminal dan lain sebagainya, yang terpenting ada segi ruang publik yang dihadirkan. Metode yang dilakukan, biasanya sangat variatif dan kreatif, mengingat adanya unsur seni media didalamnya. Biasanya suatu obyek ruang publik diamati dan dibidik dengan peralatan media baik photo-camera dan camera shooting, dengan suatu ketentuan tertentu. Pertama, dapat bersifat bergerak, baik linear, maupun spiral, ataupun bersifat sentrifugal maupun sentripetal, Kedua, dapat bersifat stagnan diam, dengan suatu durasi waktu yang digunakan, baik detik, menit, jam, hari maupun sampai bulan, bahkan tahunan, ataupun obyektifikasi yang bersifat masif. Untuk kepentingan katekese, Mass Room Project dapat diproses sebagai berikut 1. Sebelum melakukan hunting ke obyek yang dipilih, peserta perlu diajak diskusi untuk menentukan tema dan cara pengambilan fotonya. Tema dan cara pengambilan foto yang dipilih akan mempengaruhi jenis dan tempat obyeknya, dan bagaimana proses yang akan dilakukan, baik yang bergerak maupun yang stagnan ataupun yang bersifat obyektifikasi. 2. Setelah tema ditentukan, begitu juga tempat dan dinamikanya, barulah hunting ke obyek yang dikehendaki. 3. Berdasarkan obyek yang dipilih, obyek dapat “direkam” mempergunakan foto-digital sesuai dengan yang telah ditentukan menurut pola yang telah disiapkan. 4. Setelah foto obyek didapatkan, foto tersebut dapat diolah hasilnya berdasarkan selera dan tema yang sudah ditetapkan. 5. Hasil data tersebut dapat dikemas, baik dalam bentuk pameran foto, esai foto, perfomance art, ataupun pem-visualan yang lainnya. Hasil yang sudah dikemas itu bisa digunakan untuk media awal analisa. 6. Foto yang telah dihasilkan itu, dapat direfleksikan dan didiskusikan dengan metode 5. Ketekese dan Community Base Organization Katekese mempunyai peran dalam fungsinya untuk mengupayakan sintesa pengalaman kolektif umat di dalam terang visi iman. Hal itu mendasar pada peran katekese dalam perencanaan plan pengembangan partisipasi ruang hidup umat yang sungguh-sungguh berdaya dan bergerak nyata di dalam masyarakat. Kita sadari bersama, Katekese Umat menjadi suatu ruang dimana refleksi iman sungguh disatukan dengan pengalaman sosio politis apa yang dihadapi umat di dalam masyarakat. Melalui Katekese Umat, apa yang kultis semakin direfleksikan untuk menjadi bagian dari actus yang harus diperjuangkan bersama. Perjuangan tidaklah semata-mata politis, melainkan ada aspek visi pada sebuah nilai dan pusat keluhuran budi manusia yang telah di-internalisasi kedalam spiritualitas ruang kultis umat. Perjuangan akan semakin menampakan visinya di dalam kancah sosio politis, bahwa tidak sekedar menjadi gerakan biasa melainkan menjadi gerakan yang utuh merambah kesatuan aspek etis-spiritualitas, sehingga pilihan politispun sungguh berpusat pada nilai kemanusiaan. Katekese mempunyai fungsi mengupayakan sintesa iman dan situasi aktual umat. Jika kita lihat bersama, perantaraan iman membutuhkan jembatan antara situasi tradisi iman yang lampau dengan keberadaan Kristianitas dalam situasi yang baru saat ini. Hal ini membutuhkan dialektika antara apa yang menjadi Visi dengan kenyataan faktual yang dihadapi. Terkait dengan situasi aktual umat, akumulasi pengalaman, penilaian dan refleksi bagaimana sebuah situasi aktual umat berdampak pada ruang hidup masyarakat dicoba untuk diteguhkan dan dikonfrontasi dalam bingkai visi. Hermeneutik yang cukup representatif terkait dengan daya kritis situasi aktual umat adalah hermeneutik yang bersifat identifikasi antara pengalaman manusiawi dengan pengalaman religius. Bingkai hermeneutik ini mencoba untuk menemukan nilai bahwa di dalam kodrat dan pengalaman manusiawi ditemukan petunjuk-petunjuk ke arah adikodrati analogia etis. Maka dalam kerangka bingkai hermeneutik identifikasi ini, pengalaman-pengalaman faktual berhadapan dengan ketidakadilan atas berbagai situasi aktual umat menjadi pengalaman upaya bagaimana Gereja harus berbuat untuk mengupayakan perjuangan keadilan sebagai sebuah pengalaman pembebasan dan warta sejati mengenai Kerajaan Allah di kancah hidup masyarakat saat ini. Pengalaman, harapan, penilaian, kekritisan akan situasi aktual umat yang muncul serta direfleksikan dalam bingkai analisa sosial diidentifikasikan dengan sebuah visi mengenai tradisi suci yang kaya akan nilai-nilai pembebasan dari Allah. Tradisi suci-Kitab Suci mengenai kisah Yesus memberikan inspirasi, motivasi yang mendalam mengenai sebuah perjuangan sosio politis komunitas kritis. Komunitas itu adalah umat yang bersama dengan katekis untuk mencoba menggali berbagai aspirasi kritis persoalan situasi aktual umat. Peran katekese menjadi semakin strategis dalam arti tersebut. Hal itu didasari, bagaimana proses katekese mampu mengupayakan fungsinya menjadi pusat perkembangan komunitas basis umat. Hal tersebut meliputi kemampuan ruang katekese untuk menjadi; planning, pengorganisasian, aktualita serta evaluasi dan refleksi karya yang sungguh-sungguh mendasar pada berbagai peran kritis di dalam masyarakat. Purwono Nugroho Adhi Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang Materi link Artikel yang berhubungan dengan katekese umat [Home Katekese Umat] [Apa itu Katekis] [Katekese Umat] [Sejarah PKKI] [Penanaman Nilai-Nilai Kekatolikan didlm Keluarga dengan Basis Lingkungan] [Peranan katekese] [Katekese Lingkungan] [Bina Iman Anak] [Bina Iman Remaja] [Katekese & Tantangan Multitask] [Katekese & Kebijakan Publik] [Katekese & Avant Gardis] KITAB SUCI +Deuterokanonika - Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik Artikel Pengalaman Iman Ruang Kesaksian/Pengalaman iman Siapakah Diantara Kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Surat dari Jepang Kekuatan penyembuhan Ekaristi Menjamah Yesus dalam Ekaristi Yesus benar-benar bekerja saat Misa Burung Berkicau Yesus tidak pernah meninggalkanku Bebanku terlepas berkat Novena Hati Kudus Yesus Sharing Valentine Cinta Yang Tidak dapat Kuraih new Sebuah Kesaksian - Kebaikan Tuhan Iman yang Menyembuhkan Bagaimana Tuhan Memanggil Keluarga Steve Ray dari Baptis menjadi Katolik Ulangan Umum dari Milis PDRK Tuhan adalah satu-satunya tujuan Mukjijat penyembuhan dari Multiple-Sclerosis Gereja Pantekosta yang menjadi Katolik Pdt. Alex Jones Menghirup Nafas Katolik oleh David Palm Kesaksian pendeta Larry dan Joetta Lewis Kesetiaan dalam Gereja Katolik Kesaksian dari "H" Disinilah Kesudahan Dari Kemuliaan Dunia Imam-imam Jesuit yang selamat dari pusat ledakan Bom Atom di Herosima Jika Saudara-Saudara memiliki pengalaman telah mengalami Rahmat Dari Allah lbaik lewat Bapa, Putra atau Roh Kudus secara Pribadi atau anda memiliki pengalaman manis lainnya bersama Allah silahkan mengirimkan Kesaksian/Sharing anda kepada kami pada alamat email artikel untuk kemudian ditampilkan pada website sebelumnya kami akan melakukan editing, bilamana ada sharing yang kurang sesaui dengan iman katolik Tuhan Yesus Memberkati Namanya bukan sembarang nama, nama Fransiskus berlatar belakang dari perjuangan antara hidup dan mati seorang ibu yang mengandungnya. Karena kekuatan doa seluruh keluarga Fransiskus dapat lahir dengan selamat. Namanya sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan dalam diri Santo Fransiskus sebagai nama pelindung gereja mereka. Lahir di Balige pada 7 Januari 1981, dari pasangan Tamba Tua Sitohang dan Romianna br Sihotang yang berdomisili di Palipi Samosir. “Mujizat Tuhan sungguh luar biasa dalam perjalanan hidup saya”, aku anak ke 3 dari 4 bersaudara ini. Dia lahir di Balige karena RS di Palipi tidak sanggup menangani kelahirannya. Kondisi kandungan ibunya waktu itu sudah sangat kritis, bahkan posisinya sudah nyaris mau keluar lahir tetapi tidak bisa lahir. Akhirnya diputuskan untuk dibawa ke RS di Balige. Tahun 80 han transportasi kapal dari Palipi ke Balige masih sangat alakadarnya. Belum lagi ombak besar yang terus menghantam kapal yang mereka tumpangi. Sampai-sampai mereka hendak menamai dia nanti setelah lahir “Si Tahan Ombak” orang yang tahan ombak. Syukur kepada Tuhan Fransiskus kecil lahir dengan selamat. Dokter yang menangani kelahirannya seorang Dokter dari Jerman. Satu Minggu harus masuk inkubator dan tidak bisa dilihat dulu oleh siapapun selain Dokternya. Setelah itu Dokter mengatakan kepada orang tua Fransiskus kecil, bahwa Fransiskus memiliki struktur otak yang nantinya harus ditangani dengan tepat, kalau tidak tepat Fransiskus kecil bisa menjadi anak yang nakal sekali atau pintar sekali. Maka Dokter Jerman menawarkan agar Fransiskus kecil dibawanya ke Jerman untuk ditangani pendidikannya. Nanti setelah besar akan dikembalikan kepada orang tuanya. Tetapi Ayah dari Fransiskus kecil tidak mau memberikannya karena baru memiliki seorang anak laki-laki. Penyertaan Tuhan itu sangat nyata Ketika duduk dibangku SD baru diketahui kakinya tidak sama panjangnya. Itu terjadi besar kemungkinan karena dia sulit lahir. Hal itu dilihat oleh Pastor Mendrad yang kebetulan punya kemampuan mengurut mandappol. Kurang lebih 2 minggu Pastor Mendrad menerapi kaki Fransiskus, akhirnya normal kembali. “Untuk kesekian kalinya Tuhan memberikan mujizatNya lagi kepada saya”, ungkapnya dengan bahagia. Masih duduk dibangku SD, Fransiskus mempertobatkan ayahnya dari seorang preman, peminum dan tidak pernah kegereja. Tetapi yang anehnya bila melihat anak-anaknya tidak kegereja pasti dimarahi habis-habisan. Suatu saat, umat Stasi Santo Stefanus Belawan Paroki Santo Condrad Martubung ini berkata kepada ayahnya “Bapak tadi di sekolah minggu, guru kami memaparkan tentang Zakeus dengan menunjukkan gambarnya. Inti gambar ini secara fisik si Zakeus berbadan pendek. Tetapi badan pendek Zakeus tidak menghalangi dia untuk bertemu Yesus. Dia mencari jalan memanjat pohon, akhirnya dia bisa melihat Yesus. Lalu dengan cerita ini, saya teringat sama Bapak. Badan Bapak saya tidak pendek tetapi tidak mau bertemu Yesus dengan pergi ke gereja”. Ayahnya agak lama terdiam dan akhirnya membalas dengan berkata “Ah, kamu tidak sopan, bijak-bijak ajari orangtua”. Ketua IK Indeks Keberhasilan Fokus Pastoral di Paroki Martubung itu merasa berhasil. Karena ayahnya akhirnya pada minggu berikutnya sudah mau ke gereja. Dan bahkan setelah beberapa bulan berikutnya ayahnya dipilih menjadi vorhanger atau Ketua DPS sampai 2 periode. Setelah menjabat 2 periode sebagai vorhanger, untuk ke 3 periode tidak mungkin dipilih lagi, dia dipilih menjadi Sekretaris. Setelah itu terjadi lagi periodesasi, ayahnya terpilih kembali menjadi vorhanger ke 3 kalinya. Sewaktu di Pekan Baru mengurus kebun keluarga, ayah Fransiskus sempat mendirikan 2 gereja disana. Cobaan Datang “Secara ekonomi orang tua saya tergolong orang yang tidak mampu. Mereka hanya sebagai petani pas-pasan”. Masih ditingkat SMP di SMP RK Bintang Samosir Palipi, sudah terasa orang tua saya sudah mengalami kesulitan membayar Uang Sekolah saya. Tahun 1996 saya tamat SMP. Setelah itu saya masuk STM Negeri di P. Siantar. Biaya sekolah di STM juga besar. Lagi-lagi orang tua saya mengeluh tidak memiliki kemampuan membiayai saya. Sayapun mulai steres disamping sekolah di STM bukan sekolah yang saya minati. Karena sebelumnya saya menginginkan untuk masuk Seminari Pematang Siantar tetapi orang tua tidak memperbolehkannya. Terpaksa sekolah di STM. Membuat saya semakin steres dan mulai ikut arus teman-teman yang bandel, ikut tawuran, mulai merokok. Tetapi di kelas 2 STM saya bertobat dan tidak merokok lagi dan mulai berprestasi di sekolah atas nasehat kakak saya Suster. Tamat STM tahun 1999, saya bebas testing ke IKIP Padang. Tapi karena cita-cita ingin jadi dokter maka saya tidak lanjutkan di Padang itu. Orangtua ingin sekali saya menjadi guru karena keadaan ekonomi dan juga tidak sanggup mengkuliahkan saya ke kedokteran. Maka saya secara diam-diam mengikuti bimbingan test ke kedokteran. Dengan itu saya sangat yakin bahwa saya bisa masuk atau bisa lulus test kedokteran nantinya. Tibalah waktu UMPTN di Tembung dan kami test atau ujian di gedung SD yang keadaan kelas/ruangannya sudah sangat memprihatinkan. Besok mau ujian, malamnya hujan terus. Saya melihat bahan testnya sangat enteng. Tetapi disaat 20 menit lagi mau dikumpulkan tiba-tiba air tumpah dari atas tepat jatuh ke kertas ujian saya. Saat itu saya tidak panik tetapi sadar, “Beginilah jadinya kalau sesuatu yang tidak direstui orangtua”. Akhirnya saya putuskan untuk berangkat ke Batam meratau. Saya tidak perdulikan lagi test masuk kedokteran itu. Di Batam muncul dilema-dilema, mungkin karena kegagalan-kegagalan yang saya alami. Dimana mau masuk Seminari tidak diizinkan orang tua, cita-cita mau jadi Dokter gagal, dan lain sebagainya. Akhirnya mujizat-mujizat yang saya rasakan selama ini lupa begitu saja. Bahkan sampai berpikir bahwa Tuhan itu tidak peduli kepada saya. Masuk gerejapun tidak pernah lagi. Di Batam, pertama-tama saya bekerja membawa Ojek ke Club malam dan kalau siang hari bekerja sebagai kuli bangunan. Ketika itu membangun Pabrik yang tingginya kurang lebih 11 meter. Saat itu hari Minggu, tugas saya waktu itu memplester. Pada saat memplester, bajanya terlihat goyang karena angin kencang. Melihat keadaan bangunan yang sudah sangat goyang itu saya perintahkan teman-teman supaya turun. Sebegitu sampai dibawah batu bata yang saya plester itu runtuh. Peristiwa itu menyadarkan saya. Tuhan mengingatkan saya, bahwa kalau hari Minggu harus memuji Dia. Karena hari Minggu itu hari untuk Tuhan. Seiring berjalannya waktu, muncul kembali keinginan untuk kuliah. Rencana saya hendak kuliah di Batam. tetapi setelah berdiskusi dengan orang tua dan paman mereka menyuruh saya pulang ke Medan untuk kuliah di UNIKA. Pengalaman mengajarkan saya untuk taat pada apa yang dikatakan orang tua. Sampai di Medan, saya langsung survei ke UNIKA Santo Thomas Medan. Saya melihat daftar jurusan-jurusannya di sana. Setelah itu saya menjatuhkan pilihan saya untuk mengambil Jurusan Ekonomi Managemen. Kuliah saya awalnya berjalan dengan baik karena uang masih lancar saya terima dari orang tua. Tetapi masuk ke tingkat 3, penerimaan uang dari orang tua mulai kesulitan dan bahkan tidak ada harapan lagi. Kembali kuasa Tuhan diperlihatkan-Nya lagi kepada saya. Saya dipertemukan dengan Pastor Redemptus Simamora OFMCap yang ketika menjabat sebagai Pastor Paroki di Hayam Wuruk dan saya kebetulan rajin kegereja dan aktif di MUDIKA. Lewat petunjuk, bimbingan dan bantuan Pastor Redemptus saya bisa tamat Sarjana dalam rentang waktu 3,8 tahun. Saya wisuda tahun 2005. Setamat kuliah saya bekerja menjadi Dosen di Kampus milik Ortodoks yang ada di Setia Budi. Tidak lama kemudian Bapak Uda saya datang dari Jakarta kebetulan ada tugas di Medan. Mengetahui saya bekerja di Ortodoks dia tidak setuju. Maka dia mengajak saya untuk ikut ke Jakarta. Dan menyuruh saya ikut test masuk ke BUMN tempat Bapak Uda bekerja. Syukur kepada Tuhan saya bisa lulus test di BUMN Jakarta. Saya resmi mulai bekerja disana tahun 2006. Tahun 2012 pindah ke BUMN Medan menjadi Kepala Seksi. Ketika bertugas di Medan saya kuliah di USU dan 1 September 2014 wisuda. Tepat tanggal 01 September itu juga keluar SK Surat Keputusan menugaskan saya menjadi Kepala Bagian BUMN di Medan. Tahun 2017 bulan Juni pindah tugas ke Pontianak Kalimantan Barat menjadi Kepala Cabang di sana sampai tahun 2019. Maret 2019 saya mengundurkan diri dari BUMN untuk lebih fokus bersama keluarga dan mengurus usaha keluarga. Saya menikahi Murniwaty Pakpahan tahun 2007 diberkati di Palipi oleh Pastor Agustinus Saragi OFMCap. Cukup lama kami baru memiliki momongan. 5 tahun lamanya putri kami yang lucu bernama Gaby dititipkan Tuhan kepada kami. Kemudian putri kedua kami namanya Clara setelah 7 tahun, yag lahir tanggal 31 Desember 2019. Yang kelahirannya juga kami yakini mujizat Tuhan. Karena istri saya ketika mau melahirkan dia sudah berumur 42 tahun. Umur ini sudah beresiko untuk melahirkan. “Keluarga kami sangat kuat berdevosi kepada Bunda Maria. Kami percaya karena doa Bunda Maria banyak berkat dan mujizat kami alami dalam hidup kami”, ungkapnya menutup perbincangan kami. Sr. DionisiaMarbun SCMM

kisah pengalaman iman katolik